Saturday, June 2

Makalah Pendidikan untuk Reformasi Sosial




BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pendidikan yang secara luas dikenal di masyarakat adalah pendidikan dalam arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh peserta didik melalui pendidik dan biasanya dilakukan pada suatu lembaga atau institusi. Dengan kata lain, esensi pendidikan (usaha sadar) mengandung makna suatu proses transaksional yang intensional, terjadi di lingkungan (sosial budaya) berstruktur yang disebut sekolah atau sejenisnya. Secara fenomenologis, Langevelt (1952) mengatakan bahwa pendidikan itu pada hakikatnya merupakan bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang sedang berusaha mencapai kedewasaannya dalam arti normatif dengan menggunakan cara berupa alat, bahasa, media.
Kata reform biasanya identik dengan pengertian improvement of what is bad or corrupt sedangkan reformation biasanya mengacu pada the act or reforming : the state of being reformed. Secara sosiologis konsep social reform didefinisikan sebagai kebijaksanaan politik dan sosial yang dijalankan dalam rangka mengatasi masalah sosial. Reformasi sosial bertujuan menata kembali struktur sosial masyarakat Indonesia melalui kajian ulang.

Dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan memegang peran yang penting. Sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan bangsa hanya akan lahir dari sistem pendidikan yang berdasarkan filosofis bangsa itu sendiri. Sistem pendidikan cangkokan dari luar tidak akan mampu memecahkan problem yang dihadapi bangsa sendiri. Oleh karena itu, upaya untuk melahirkan suatu sistem pendidikan nasional yang berwajah Indonesia dan berdasarkan Pancasila harus terus dilaksanakan dan semangat untuk itu harus terus menerus diperbaharui. Pada point inilah pendidikan sangat ditekankan untuk reformasi sosial.












BAB II
PEMBAHASAN

A.    Esensi Reformasi Sosial

Peran pendidikan sebagai agen atau instrument perubahan atau reformasi sosial telah diakui secara luas, sejak dulu hingga hari ini. Perubahan sosial dapat terjadi ketika manusia membutuhkan reformasi sistem sosial yang ada atau ketika jaringan lembaga sosial gagal memenuhi kebutuhan masyarakat yang ada, dan ketika informasi baru menyarankan cara yang lebih baik untuk memenuhi kebutuhan umat manusia. Perubahan sosial muncul sebagai respon terhadap berbagai jenis perubahan yang terjadi dalam lingkungan social dan nonsosial.

Lembaga pendidikan dan guru merupakan agen perubahan sosial. Peran ini sangat jelas pada masyarakat demokratis dan egaliter. Pada pemerintahan dan masyarakat yang otoritarian, lembaga pendidikan dan guru seseringnya diperalat untuk menunjukan suatu cara hidup yang dikehendaki oleh penguasa dan kekuatan masyarakat. Karenanya, guru dan siswa, termasuk lembaga pendidikan itu sendiri lebih merupakan alat control sosial daripada instruman perubahan sosial.

Lembaga pendidikan atau sekolah saat ini umumnya merupakan sebuah lembaga independen. Lembaga pendidikan sekolah telah memainkan peran penting, terutama dalam mempersiapkan jalan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk ditransformasikan kepada para siswa. Lembaga pendidikan dan sekolah telah membawa perubahan yang fenomenal dalam setiap aspek kehidupan manusia.

Suatu lembaga pendidikan terbagi atas dua sistem yakni sistem pendidikan modern dan sistem pendidikan tradisional. Pendidkkan tradisional dimaksudkan untuk menjadikan masyarakat statis, tidak berubah. Sebaliknya pendidikan modern tidak menempatkan banyak penekanan pada tranmisi cara hidup terhadap siswa. Pendidikan saat ini bertujuan untuk mentransmisikan pengetahuan, mengembangkan keterampilan dan menata sikap siswa agar berada dalam koridor perilaku sosial yang ideal.

Pada sisi lain, ada hubungan yang kuat antara dunia usaha dan institusi pendidikan modern. Sejarawan pendidikan telah menjelaskan bagaimana sekolah sangat dibentuk oleh pengaruh pemimpin bisnis dan pendidik yang mengadopsi teori-teori dan teknik dari bidang masyarakat ekonomi.



B.     Pendidikan sebagai Investasi Sosial

Pendidikan adalah sebuah investasi, meski tidak sama dengan investasi fisik. Investasi yang dimaksudkan di sini tidak terpisahkan dengan upaya reformasi atau perubahan social. Orang tua atau masyarakat yang membelanjakan uangnya untuk pendidikan anak-anaknya pada hakikatnya adalah menanamkan uang sebagai salah satu bentuk investasi masa depan.

Dewasa kini, tak jarang pola manajemen dari sebagian sekolah masih memakai sistem tradisional, demikian dengan cara guru mengajar. Cenderung guru sebagai pusat pelaku pendidikan, dan masih sering diadakannya hukuman fisik guna memberikan sikap jera bagi murid. Namun semestinya guru sebagai fasilisator, dan tidak perlu memakai hukuman fisik yang tidak hanya membuat murid jera terlebih takut. Kemampuan manajemen merupakan pilar utama kemajuan organisasi persekolahan, termasuk kapasitasnya dalam menerapkan filosofi pengendalian mutu terpadu.

Institusi pendidikan dengan segala komunitas yang ada di dalamnya perlu melakukan reformasi diri untuk menjawab tekanan dunia kerja yang makin selektif dalam menerima jumlah dan jenis lulusan yang mereka butuhkan. Tekanan-tekanan tersebut menjadikan pendidikan cenderung menjelma sebagai lembaga industri. Faktor-faktor yang menyebabkan pendidikan cenderung menjelma sebagai industri, diantaranya adalah :

a.       Membutuhkan modal finansial yang amat besar
b.      Membutuhkan instrumen teknologi
c.       Mensyaratkan system informasi yang kuat
d.      Terjadi sistem transformasi, mulai dari masukan, proses, dan luaran
e.       Terdapat nilai ekonomi sebagai hasil dari tranformasi pengetahuan oleh sekolah
f.       Menerapkan system prestasi, terutama di sekolah-sekolah swasta
g.      Siswa dipandang sebaga masukan mentah yang harus dijadikan subjek untuk menjadi keluaran yang bermutu,
h.      Lulusan pendidikan dipasarkan ke pasar kerja
i.        Guru dan karyawan makin memassal
j.        Intitusi pendidikan hanya akan eksis dan diserbu customer jika menggaransi mutu
k.      Ada jam kerja minimum bagi guru.

Lembaga sekolah, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, harus mampu berkompetisi dengan lembaga sejenis untuk memacu mutu yang dikehendaki. Sejalan dengan itu, lulusan pun harus berkompetisi untuk dapat memasuki sector pekerjaan atau kegiatan yang makin kompetitif.
Setidaknya pada pendidikan jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, anak-anak bersekolah cenderung tidak dipandu oleh dimensi-dimensi itu, apalagi jenis pendidikan ini termasuk dalam skema wajib belajar.

Ada dua versi hipotesis yang berkaitan dengan pembiayaan pendidikan. Pertama, penghasilan menyeluruh yang akan diperoleh sebagai nilai tambah hasil pendidikan dapat diprediksikan dengan menghubungkan biaya sendiri dengan keuntungan yang diharapkan di masa yang akan datang, yaitu dengan mengkalkulasikan rasio modal dengan keuntungan yang diharapkan. Kedua, pendapatan yang akan diperoleh melalui keahlian pada bidang bidang khusus dapat diprediksikan.

Menurut John Dewey, agenda utama pendidikan (education) secara fungsional adalah membentuk komunitas-komunitas sosial ideal sebagai bagian dari proses transformasi pendewasaan peserta didik, apa pun bentuk dan seperti apa pun ragam pendidikan itu dikemas.

C.     Pendidikan dan Metamorfosis Sosial

Polarisasi standar keberhasilan dan kriteria pekerjaan ideal di mata lulusan pendidikan serta memuncaknya angka-angka pengangguran terdidik di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, bahkan juga di negara-negara maju, terutama sejak tahun 1980-an, membuat infrastruktur pendidikan harus ditata dengan ancangan terpadu. Penataan pendidikan hingga mencapai tingkat mutu tertentu merupakan ciri khas lembaga ini sebagai wahana perubahan dan transformasi sosial. Dengan demikian telah lahir keasadaran akan keterpaduan perencanaan pendidikan dengan perencanaan ketenagakerjaan nasional harus menjadi prioritas, meskipun aplikasinya tidak sederhana.

Lembaga pendidikan juga harus menanamkan paham kepada anak mengenai perlunya, dibangkitkan mental ketidaktergantungan terhadap tatanan sosial dan ekonomi yang sudah mapan. Anak-anak masa depan harus makin bermental mandiri dan berdaya saing tinggi. Reformasi sosial tidak mungkin terwujud tanpa dibarengi dengan reformasi psikologis, seperti kesiapan bersaing dan mental mandiri.

Pendidikan merupakan usaha sadar sebagai proses kemanusiaan yang berlangsung sejalan dengan modernitas peradaban. Kesadaran akan proses kemanusian “selalu bermetamorfosis” bukan sekedar “bermetamorfosis” selayaknya istilah yang dikenal dalam biologi. Namun frasa tersebut mengandung makna bahwa peradaban dan keberadaan manusia mengalami proses menuju kemenangan yang kontinyu. Metamorfosis kesadaran manusia itu dimaksudkan untuk menuju kesejatiannya dari generasi ke generasi.

Pada kehidupan keseharian, kita mengenal individu yang terus hidup, dipersonifikasi sebagai terus hidup, dan dirasakan sebagai terus hidup. Bahkan, sebagian orang tak peduli apakah pengukir sejarah itu masih hidup atau tidak, karena yang lebih utama adalah ajaran, teori, atau temuan yang dihasilkannya tetap hidup.  Seperti Soekarno, presiden pertama Indonesia. Meskipun kini beliau tidak lagi hidup di dunia, namun bagi rakyat Indonesia, jasa beliau akan selalu terkenang. Definisi tersebut menjelaskan bahwa betapa pendidikan mengambil peran penting dalam proses pemberian nilai tambah kepada individu dan masyarakat. Penjelasan akan nilai seseorang dikaitkan dengan karakteristik nilai tambah yang dapat disumbangkan oleh pendidikan.

Terdapat tiga identifikasi pendekatan pokok mengenai pendidikan dan bursa tenaga kerja. Pertama, pendekatan yang mendasarkan pada argumen bahwa sistem pendidikan itu sendiri beroperasi sehingga dapat menambah kemampuan kognitif seseorang. Kedua, pendekatan yang mengargumenkan bahwa sekolah dapat efektif dalam mengubah perilaku seseorang. Karena pendekatan ini, sekolah-sekolah harus diorganisasikan secara efektif dan efisien, sehingga sekolah-sekolah yang mampu memenuhi tuntutan pasarlah yang akan menjadi pilihan orang tua. Menurut Dianne Massel, terdapat tujuh faktor yang membuat orang tua cenderung memilih sekolah tersebut, diantaranya : pengetahuan dan keterampilan guru, motivasi siswa, materi kurikulum, kualitas dan tipe orang yang mendukung proses pembelajaran di kelas, kuantitas dan kualitas interaksi para pihak sekolah, sumber-sumber material, dan, organisasi sumber-sumber sekolah pada tingkat Dinas Diknas dan sekolah tersebut. Ketiga, pendekatan yng secara langsung mempertanyakan pandangan bahwa melalui pendidikan dan usaha mendorong perkembangan baik kemampuan kognitif maupun potensi kemampuan produktivitas seseorang akan terdongkrak.

D.    Intervensi Terhadap Pendidikan

Dunia pendidikan tentu menghadapi banyak tekanan ketika memainkan perannya sebagai agen perubahan sosial. Pada tataran internal kelembagaan, kinerja guru, kepala sekolah yang belum optimum, layanan tata usaha dibawah standar, dan motivasi belajar siswa yang sebagian masih buruk tentu memicu tekanan bagi sekolah sebagai institusi pendidikan. Namun demikian,hampir semua orang menerima peran sekolah dalam melayani kebutuhan industri dan perdagangan. Filosofisnya adalah setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi siap untuk meniti karir yang sukses. Dan akhirnya, masyarakat pun memuja altar perekonomian.

Transformasi sosial juga dipicu oleh pertumbuhan sektor industri. Sektor industri memerlukan kehadiran orang-orang yang berpendidikan, ditandai dengan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, etos kerja, dan keterampilan tingkat tinggi. Oleh karena itu, peran pendidikan di sini sangat dibutuhkan. Pendidikan yang dirancang untuk melatih orang mengambil peran sempit di tempat kerja. Namun peran pendidikan sesungguhnya ialah memungkinkan individu menjadi manusia yang mampu hidup seutuhnya. Kedua peran ini tentu meiliki arti yang sangat berbeda.

Terdapat beberapa model pendidikan dan karakteristik-karakteristik manusia seperti apa yang dikehendaki. Terdapat empat kualitas penting yaitu :
1.      Pembelajaran ekperiensial
Pembelajaran disini dimaksudkan lebih dari sekedar memperoleh pengalaman, lebih dari sekadar standarisasi oleh sekolah.
2.      Pengembangan masyarakat
Siswa, guru, dan orang tua yang terlibatdi sekolah merupakan komunitas yang memiliki kebersamaan rasa. Sebuah sekolah yang berorientasi kepada “kemitraan” nilai-nilai akan memperlihatkan hierarki “aktualisasi” (struktur kerja yang memberdayakan setiap individu untuk menyadari potensi) daripada hierarki tradisional yang menonjolkan dominasi.
3.      Peduli pada kehidupan kejiwaan
Pendidikan harus membangun rasa hormat terhadap dimensi atau rohaniah siswa. Siswa didorong untuk bertanya makna hidup dan eksistensi kehidupan. Idealnya hal ini melibatkan pengajaran pola agama atau nilai-nilai agama yang eksplisit.
4.      Melek ekologis
Sebuah lingkungan belajar tentu memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan. Kebun sekolah, kebersihan ruang, bunga hias, dan lain-lain merupakan salah bentuk suasana alam yang memungkinkan siswa menjadi melek ekologis.

E.     Perubahan Sosial Progresif

Transformasi sosial terus berlangsung dengan empat pola utama. Pertama, transformasi sosial yang berlangsung ke arah regresif atau mengalami kemunduran dalam takaran nilai-nilai budaya yang diwarisi dan bernilai baik dimata masyarakat. Kedua, transformasi sosial yang berlangsung secara stagnan dan kalau pun ada, muncul dan sangat sedikit. Ketiga, transformasi sosial yang maju pesat dilihat dari perolehan pengetahuan, keterampilan, sikap atas kemajuan pembangunan pada umumnya. Keempat, transformasi sosial yang maju pesat untuk kemudian mengalami kemunduran. Untuk terwujudnya keempat pola ini disumbang oleh institusi pendidikan dengan segala sumber daya yang ada di dalamnya. Lembaga terkadang diserbuanimo setiap saat, namun dicaci pada waktu bersamaan.

Ketika reformasi sosial mengalami kemunduran diperlukan strategi untuk mengindentifikasi penyebab secara efisien untuk mengubah kondisi ini. Ini adalah nilai inti dari perubahan sosial progresif. Disinilah perlunya perubahan pengorganisasian sosial, perubahan yang dimaksud ialah
1.      Membangun masyarakat yang cekatan dan tanggap atas kondisi yang ada.
2.      Perubahan sikap, perilaku, kesadaran hukum, dan kebijakan institusi untuk lebih mencerminkan nilai-nilai inklusi, keadilan, keberagaman dan kesempatan.
3.      Menekankan pada akunbilitas dan responsif antarinstansi yang terlibat dalam kebijakan dalam pendidikan.
4.      Memperluas makna dan praktik demokrasi dengan melibatkan orang-orang paling dekat dengan masalah sosial.
5.      Membangun kontrol sosial dan politik untuk menghindari distorsi manajemen kenegaraan, terutama pada sektor pendidikan.
6.      Membangun daya kompetensi pada masyarakat dan kalang terdidik, sehingga lahir dan membudaya sistem meritokrasi yang egaliter dan beradab.

Perubahan sosial progresif diidealisasikan dengan demokratis. Praktik terbaik untuk ini adalah tanpa menafikan orang-orang dengan latar belakang ras dan etnis, agama, tingkat sosial dan ekonomi, posisi di masyarakat, kemampuan dan keterampilan, usia dan sebagainya. Ketika sejumlah besar organisasi bekerja sama menuju tujuan bersama, itu adalah gerakan transformatif sejati, dimana mental untuk maju, penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan merupakan kunci utama.
Pendidikan sebagai agen transformasi sosial memang mendapatkan banyak sorotan. Diantaranya sekolah telah gagal melakukan reformasi sosial, yang diasumsikan karena guru yang kurang berkualitas, manja dan berbudaya nepotisme. Namun Emile Durkheim berpendapat bahwa pendidikan dapat direformasi hanya jika masyarakat itu sendiri yang direformasi. Dan jika melihat pendapat Durkheim, tindakan mengecam rendahnya kualitas pendidikan merupakan cerminan masyarakat menyalahkan dirinya sendiri. Oleh karena itu lebih baik berpikir positif terlebih dahulu, dengan memuliakan kebudayaan sehingga kemungkinan masyarakat berpikir secara instan, egosentris, dan antilingkungan sangat kecil.


BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
1.         Pendidikan untuk reformasi sosial dapat dilakukan dengan melakukan perubahan sosial yakni mengubah pandangan sikap manusia bahwa fungsi pendidikan sebagai investasi sosial maupun metamorfosis sosial.
B.  Saran
Hendaknya masyarakat berpikir positif terlebih dahulu, dengan memuliakan kebudayaan sehingga kemungkinan masyarakat berpikir secara instan, egosentris, dan antilingkungan sangat kecil.



DAFTAR PUSTAKA


Danim, Sudarwan. 2011. Pengantar Kependidikan. Alfabeta : Bandung




LAMPIRAN


1.      Pertanyaan oleh Susiana
Pendidikan sebagai agen transformasi sosial memang mendapatkan banyak sorotan. Diantaranya sekolah telah gagal melakukan reformasi sosial, yang diasumsikan karena guru yang kurang berkualitas, manja dan berbudaya nepotisme. Bagaimana cara menciptakan guru yang berkualitas dan mengantisipasi
Penyelesaian masalah:
Pada dasarnya untuk menciptakan guru yang berkualias tersebut harus memiliki sifat yang dewasa, tidak manja dan tidak nepotisme. Umumnya hal seperti tersebut di atas, akan dipelajari oleh setiap guru baik di universitas maupun akademi-akademi yang telah mendidik guru itu. Namun  semua keadaan tergantung pada diri masing-masing guru tersebut, guru tersebut tidak hanya harus menguasai materi yang akan  diajarkan tetapi guru itu juga mampu menularkan ilmu yang ia ketahui kepada murudnya. Selain itu guru harus tanggap pada kondisi disekitar , misalnya apabila dalam mengajarkan materi tetapi muridnya kurang memperhatikannya atau muridnya bosan, suntuk  bahkan muridnya itu ngantuk , guru tersebut harus mampu mengubah pola mengajarnya , misalnya  dengan cara menciptakan pola bermain sambil belajar, dengan begitu murid-murid pasti akan menjadi lebih semangat mengikuti pelajaran.
2.      Pertanyaan oleh Dhita Warantika
Pada penjelesan anda sebelumnya, pendidikan dibagi menjadi dua sub, yakni pendidikan modern dan pendidikan tradisional. pada bagian pendidikan tradisional, saya harap Anda jelaskan lebih detail dan berikan contoh atas penjelasan Anda!
Penyelesaian masalah:
Suatu lembaga pendidikan terbagi atas dua sistem yakni sistem pendidikan modern dan sistem pendidikan tradisional. Pendidkkan tradisional dimaksudkan untuk menjadikan masyarakat statis, tidak berubah. Sebaliknya pendidikan modern tidak menempatkan banyak penekanan pada tranmisi cara hidup terhadap siswa. Pendidikan tradisional menitikberatkan pada keadaan tetap. Umumnya yang terjadi, ialah pada keadaan di pesantren. Namun saat ini jarang ditemukan. Namun pesantren yang dimaksud ialah pesantren yang menutup diri dari perkembangan tekhnologi dan cenderung tetap statis pada bidang tertentu.
3.      Pertanyaan oleh Domianus Ringansimpulja
Pada makalah Anda Bab Penutup, Anda menjelaskan pada kesimpulan bahwa Pendidikan untuk reformasi sosial dapat dilakukan dengan melakukan perubahan sosial yakni mengubah pandangan sikap manusia bahwa fungsi pendidikan sebagai investasi sosial maupun metamorfosis sosial. Yang ingin saya tanyakan ialah bagaimana mengubah pandangan sikap manusia seperti yang telah Anda sebutkan di atas?
Penyelesaian masalah:
Sebenarnya, mengubah pandangan sikap manusia tentu sangat sulit. Yang bisa kita lakukan saat ini ialah dengan memahamkan kepada orang lain, sehingga pemikiran akan sedikit berubah. Seperti tentang investasi sosial, pada umunya pada pedalaman tak jarang para orang tua yang melarang anaknya bersekolah dan cenderung menyuruh bekerja. Karena tak mengerti bahwa dengan menyekolahkan anak-anaknya, sesungguhnya orang tua telah menanamkan investasi masa depan. Pada point inilah harus benar-benar dimengerti dan dipahamkan. Sehingga dapat mengubah pandangan sikap manusia.

0 comments:

Post a Comment