A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw
Jigsaw
pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman
di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di
Universitas John Hopkins. Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.
al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam
pengajaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara.
Dalam
teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan
membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih
bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana
gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri
dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas
penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada
anggota lain dalam kelompoknya.
Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif
dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara
heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung
jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan
materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Jigsaw
didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi
yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling
tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk
mempelajari materi yang ditugaskan”.
Para
anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi
(tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang
ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok
asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah
mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok
ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan
kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal
merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang
terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk
mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang
berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok
asal.
B. Prosedur/Langkah-Langkah
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Adapun
prosedur/langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut:
1.
Guru membagi suatu kelas menjadi
beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan
kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota
dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang
akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian
materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama
belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli. Dalam kelompok ahli,
siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun
rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal..
Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi
yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi
diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
Gambar
Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw
2.
Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun
kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau
dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi
kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi
pembelajaran yang telah didiskusikan.
3.
Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
4.
Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual
dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
5.
Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi
beberapa bagian materi pembelajaran.
6.
Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk
belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang
runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
D. Kelebihan dan Kekurangan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
1. Kelebihan
Bila
dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw
memiliki beberapa kelebihan yaitu:
a. Melibatkan
seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain
b. Meningkatkan
rasa tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran
orang lain.
c. Siswa
tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompok yang lain.
d. Siswa
saling tergantung satu dengan yang lain dan bekerja sama secara kooperatif
untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
e. Melatih
peserta didik agar terbiasa berdiskusi dan bertanggungjawab secara individu
untuk membantu memahamkan tentang suatu materi pokok kepada teman sekelasnya.
f. Mempermudah
pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas
menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.
g. Pemerataan
penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
h. Metode
pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan
berpendapat.
2. Kekurangan
Dalam
penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan, diantaranya:
a. Siswa
yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderungmengontrol jalannya
diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan
jalannya diskusi. Guru harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak
terlebih dahulu penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan
pertanyaan apabila tidak mengerti.
b. Siswa
yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami kesulitan
untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk
mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahl secara tepat, kemudian
memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi, agar materi dapat
tersampaikan secara akurat.
c. Siswa
yang cerdas cenderung merasa bosan .Untuk mengantisipasi hal ini guru harus
pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas
tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
d. Siswa
yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses
pembelajaran
e. Kurangnya
pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran model Jigsaw
f. Jumlah
siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses
pembelajaran relatif kecil sehingga hanya segelintir orang yang menguasai arena
kelas sedangkan yang lain hanya sebagai penonton.
g. Kurangnya
sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran model Jigsaw.
h. Kurangnya
buku sumber sebagai media pembelajaran.
i. Terbatasnya
pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung
proses pembelajaran.
j. Kegiatan
belajar-mengajar membutuhkan lebih banyak waktu dibanding metode yang lain
Dalam
pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan mulus
meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat
proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran Cooperative
Learning diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan
pembelajaran Cooperative Learning.
2.
Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan
perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya
segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.
4.
Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.
5.
Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi
dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Agar
pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning dapat berjalan dengan baik, maka
upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1.
Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan
model pembelajaran Cooperative Learning di kelas dan menyesuaikan dengan materi
yang akan diajarkan.
2.
Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap
kelas merupakan kelas heterogen.
3.
Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik
pembelajaran Cooperative Learning.
4.
Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama
buku sumber.
5.
Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem
teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta :
Grasindo.
Dinas Pendidikan Kota Bandung. 2004. Model – model
Pembelajaran. Bandung : SMP Kartika XI.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 1995. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Syaiful Sagala. 2006. Konsep Dan Makna Pembelajaran.
Bandung : Alfabeta.